Sabtu, 12 Januari 2013

Berkah perkataan abu. 


Berkah perkataan abu. :)
"Buntut?"- Daud Beureueh mengernyitkan dahi. Adegan ini terjadi pada awal 1980-an di Beureuneun- sebuah kota kecil 15 kilometer dari Sigli, ibu kota Kabupaten Pidie. Ketika itu sang Abu-sebutan sehari-hari Daud Beureueh-baru pulang dari tahanan rumah di Jakarta.

Tengah berjalan-jalan di pasar dia melihat sekerumunan orang sibuk mencoret-coret kertas di sebuah kedai kopi. "Sedang apa mereka itu? Kok, sibuk sekali?" tanya Beureueh kepada Yasin, Camat Beureunuen yang mendampinginya. "Mereka menerka kode buntut, Abu," jawab Yasin. Abu bergumam. "Hmm, judi rupanya."
Tanpa disangka, Beureueh masuk ke kedai kopi itu. Tiba-tiba dia memukulkan tongkatnya keras-keras ke atas meja. Kertas kode buntut bertebaran. Lalu dengan suara menggelegar, dia menghardik dalam bahasa Aceh kasar: "Peu nyang neu peubut nyan. Buet bui? Apa yang sedang kalian kerjakan ini. Kerjaan babi? Mereka yang hadir di kedai kopi itu langsung ambil langkah seribu.

Tak ada yang berani ambil risiko berurusan dengan tokoh pemberontak nomor wahid di Pulau Sumatera itu.Tapi, dasar sudah keranjingan judi, mereka berkumpul lagi setelah Abu pergi. Celakanya, ucapan Abu Beureueh langsung mereka jadikan ilham. Para petaruh lantas menafsirkan kata "babi" sebagai wangsit untuk nomor yang akan keluar. Semuanya sepakat memasang nomor yang merujuk pada gambar babi.
"Ajaib!" Besoknya nomor yang keluar sebagai pemenang adalah gambar babi. Konon, bandar judi buntut di kota itu sampai bangkrut membayar para pemenang taruhan. Sejak itu, ada kebiasaan baru bagi para pecandu judi di Beureunen pada masa itu. Mereka kerap memperhatikan ucapan Abu. Mereka yakin, bahkan dalam umpatan sekalipun Abu membawa "berkah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar